Hari ini akhirnya saya bertemu dengan Yap Sau Bin, seorang peserta program pertukaran dan residensi JENESYS yang berasal dari Malaysia. Ia adalah seniman yang juga merupakan salah seorang pendiri dari Rumah Air Panas (RAP), sebuah organisasi seniman independen yang berbasis di Kuala Lumpur. Selama beberapa tahun terakhir saya sudah sering mendengar namanya, terutama terkait dengan berbagai aktifitas yang dikembangkan di RAP.
Kami bertemu di Stasiun Ōsaka-Temmangū sekitar pukul 1 siang. Sebetulnya saya berjanji kepada Hisako Hara untuk bertemu di stasiun ini sekitar jam 12 siang. Namun karena saya salah naik kereta, akhirnya saya harus datang terlambat. Untungnya Hisako Hara dan Yap Sau Bin juga datang agak terlambat, jadi mereka tidak harus menunggu terlalu lama di sini.
Begitu saya sampai, kami bertiga langsung berangkat ke Space 208. Tempat ini sebetulnya adalah sebuah apartemen yang disewa secara bersama-sama oleh sekitar 7 orang anggota. Berdiri pada tahun 2004, Space 208 adalah sebuah studio bersama yang terutama dimanfaatkan sebagai ajang sosialisasi antar anggota, seniman dan komunitas masyarakat tertentu di Osaka. Anggota dari komunitas ini berasal dari latar belakang yang beragam, mulai dari musisi, seniman, penulis, editor, animator, aktifis, dsb.
Selain kegiatan screening, di tempat ini juga kerap diselenggarakan kegiatan kuliah umum, diskusi dan pesta yang biasanya mengundang kerabat dekat dari para anggota Space 208. Di tempat ini saya berkenalan dengan Takuro Iwabuci, seorang seniman yang memiliki profesi dan aktifitas yang bermacam-macam. Selain mengelola studio Mediapicnic, ia juga pernah menjadi kontributor untuk majalah Wired, selain juga bekerja sebagai seorang editor, programmer, blogger, dan produser untuk acara TV dan Radio.
Masing-masing anggota Space 208 sebetulnya memiliki studio dan tempat kerja sendiri. Menurutnya, salah satu alasan kenapa ia dan teman-temannya membuka Space 208 adalah karena merasa membutuhkan studio bersama agar dapat bersosialisasi dan menghilangkan stress. Selain itu, karena harga sewa ruangan yang mahal di Osaka, akhirnya strategi yang mereka terapkan adalah menyewa apartemen secara bersama-sama.
Dalam berkarya, Takuro Iwabuci merupakan sosok yang gemar menggunakan teks, citra dan strategi representasi yang semuanya dirangkai menjadi karya yang konseptual. Selain itu, ia juga sering mengembangkan beberapa proyek yang melibatkan masyarakat umum. Salah satunya adalah kegiatan workshop Mediapicnic yang baru saja ia selenggarakan di daerah Nakanoshima, yang terletak di atas sebuah pulau yang dihimpit oleh dua sungai di salah satu pusat keramaian kota Osaka. Hasil dari workshop ini dapat dilihat di halaman http://nakanoshima.mediapicnic.com.
Ketika berbincang-bincang dengannya, ia melontarkan pendapat bahwa terkadang ia meragukan bahwa keberadaan seniman dan karya seni memiliki manfaat tertentu bagi masyarakat luas. Menurutnya seniman biasanya memiliki kebutuhan dan tujuan sendiri yang sebetulnya tidak selalu sesuai dengan kebutuhan masyarakat secara umum. Karena hal ini, ia juga kadang mempertanyakan berbagai program seni yang dikembangkan oleh pemerintah, seperti misalnya pemberian dana hibah dari pemerintah kepada seniman. Menurut Takuro, sebetulnya agak aneh kalau pemerintah mau mengeluarkan uang untuk karya seni, mengingat uang pemerintah sebetulnya berasal dari pajak yang seharusnya dimanfaatkan untuk kepentingan umum.
Walau sering merasa janggal, terkadang ia juga senang kalau ada pihak yang memberinya uang untuk karya seni yang ia kerjakan. Menurutnya dengan dukungan finansial yang cukup, sebetulnya seniman bisa mengerjakan banyak hal secara maksimal. Namun, sampai saat ini ia jarang sekali mendapatkan uang dari karya seni yang ia buat. Kebanyakan kebutuhan finansial ia dapatkan dari berbagai pekerjaan yang selama ini ia kembangkan. Dalam hal ini, menurutnya apa yang ia kerjakan sekarang malah mendatangkan keuntungan lebih banyak apabila dibandingkan dengan pendapatan seorang seniman profesional, karena para seniman mainstream banyak yang menggantungkan hidupnya pada galeri komersial ataupun museum seni.
Selepas berbincang-bincang dengan Takuro Iwabuci, kami kemudian melanjutkan perjalanan ke Suntory Museum. Kebetulan Hisako Hara harus membantu persiapan workshop untuk anak-anak yang akan dipandu oleh Paramodel besok siang di museum ini. Sementara menunggu, saya dan Yap Sau Bin menonton pameran seni rupa Russian Avant-Garde di ruang galeri Suntory Museum. Pameran ini menampilkan koleksi seniman avant-garde Russia yang dipinjam dari Moscow Museum of Modern Art dan menampilkan sejumlah karya seniman avant-garde Russia semisal Niko Pirosmani, Kazimir Malevich, David Burliuk, dsb.
Leave a comment